Khutbah Idul Fitri: Kenikmatan Berupa Kekuatan Untuk Menaati Allah
Khutbah Idul Fitri: Kenikmatan Berupa Kekuatan Untuk Menaati Allah ini merupakan rekaman khutbah idul fitri yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Senin, 1 Syawwal 1443 H / 2 Mei 2022 M.
Khutbah Idul Fitri: Kenikmatan Berupa Kekuatan Untuk Menaati Allah
Sesungguhnya nikmat yang sangat besar yang Allah berikan kepada kita semuanya adalah diberikan kepada kita kekuatan untuk menaati Allah ‘Azza wa Jalla. Karena sesungguhnya kita hidup di dunia tidaklah untuk selamanya. Kita hidup di dunia hanya sementara. Setelah itu kita akan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah tidak menciptakan kita sia-sia. Allah berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ ﴿١١٥﴾ فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ…
“Apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian sia-sia, dan bahwasanya kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maha Tinggi Allah raja yang haq…” (QS. Al-Mu’minun[23]: 115-116)
Seorang mukmin yakin bahwa hidup di dunia hanya semetara dan bahwasannya ia akan kembali kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Maka seorang mukmin berusaha sekuat tenaga mempersiapkan bekalnya menuju kematiannya. Bekal itu adalah dengan beramal shalih, dengan berusaha untuk senantiasa menaati Rabbnya, dengan berusaha menaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena itulah perbekalan yang terbesar. Bukan perbekalan itu berupa harta dunia, karena harta dunia tidak akan pernah kita bahwa. Bahkan seorang pun tidak akan dikuburkan dengan hartanya.
Akan tetapi yang bermanfaat nanti kelak pada hari kiamat adalah amalan shalih. Bagaimana Allah berfirman kepada penduduk surga:
… ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Masuklah kalian ke dalam surga disebabkan oleh amalan shalih kalian sewaktu di dunia terdahulu.” (QS. An-Nahl[16]: 32)
Maka seorang mukmin yang dia pikirkan adalah kebahagiaan nanti di akhirat. Karena sesungguhnya kebahagiaan dunia bukanlah sesuatu yang kekal. Akan tetapi ia sesuatu yang fana. Kesenangan dunia awalnya adalah kelelahan dan akhirnya adalah penyesalan. Kesenangan dunia halalnya akan dihisab oleh Allah ‘Azza wa Jalla, dan haramnya akan mendatangkan adzab.
Maka ketika kita diberikan oleh Allah kekuatan untuk beramal shalih, ketika dibulan Ramadhan kita dengan penuh kegembiraan menyahut panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk berpuasa Ramadhan. Allah mengatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian puasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian…” (QS. Al-Baqarah[2]: 183)
Maka orang beriman sami’na wa athana (kami mendengar dan kami taat). Maka mereka pun diberikan oleh Allah kekuatan untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Semua itu adalah merupakan tujuan hidup kita di dunia.
Kita hidup di dunia tidak seperti binatang ternak yang hanya mengikuti syahwat, yang hanya makan, minum, menikah. Karena bagi mereka tidak ada surga dan tidak ada neraka. Sedangkan kita manusia akan dibangkitkan, surga Allah ciptakan untuk kita, neraka pun Allah ciptakan untuk kita, saudaraku. Maka silahkan kita tentukan sendiri jalan kita. Kemana kita akan melangkah? Apakah kita akan masuk surga ataukah kita akan masuk ke dalam api neraka?
Siapa yang menginginkan surga, maka hendaklah ia bersungguh-sungguh menuju surga Allah ‘Azza wa Jalla. Namun tentunya saudaraku sekalian, surga Allah itu sangat mahal, surga Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat istimewa. Surga hanya diberikan oleh Allah kepada orang yang sungguh-sungguh mencarinya. Allah berfirman:
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
“Apakah kalian mengira akan masuk ke surga sementara Allah belum mengetahui siapa di antara kalian yang bersungguh-sungguh mencari surga dan siapa yang sabar untuk menaati Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (QS. Ali-Imran[3]: 142)
Saudaraku.. Kita senantiasa mohon kepada Allah kekuatan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yang kita pikirkan setelah Ramadhan adalah bagaimana kita istiqamah di atas amalan shalih yang telah kita amalkan di bulan Ramadhan.
Mungkin selama dibulan Ramadhan kita senantiasa shalat tarawih mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan itu pahalanya besar. Ketika bulan Ramadhan kita senantiasa melantunkan ayat-ayat Allah ‘Azza wa Jalla, membaca Al-Qur’an Al-Karim, sebaik-baik ucapan dan firman, dia adalah ucapan Allah ‘Azza wa Jalla.
Ketika bulan Ramadhan kita semangat beramal shalih. Yang kita pikirkan apakah setelah Ramadhan kita akan tetap istiqamah di atas amalan shalih tersebut? Kita tidak ingin kita sudah membangun bangunan amal di bulan Ramadhan selama sebulan lamanya. Ternyata setelah Ramadhan bangunan itu kita rusak sedikit demi sedikit. Sehingga kemudian kita pun lupa lagi kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Demi Allah, saudaraku.. Kita tidak ingin seperti itu. Maka tidak mungkin kita bisa istiqamah kecuali dengan keistiqamahan hati kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena hati itulah sumbernya keistiqamahan. Ketika hati kita dipenuhi dengan cinta Allah dan cinta kepada kehidupan akhirat, maka saat itulah istiqamah kita pun akan kuat. Tapi ketika hati kita dipenuhi dengan cinta dunia dan cinta syahwat, jangan harap kita bisa istiqamah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla.
Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitab Al-Wabilush Shayyib (الوابل الصيب) mengatakan:
استقامه القلب تكون بامرين…
“Istiqamahnya hati itu dengan dua perkara…”
Pertama, mendahulukan cinta Allah diatas seluruh cinta.Kita mencintai harta, mencintai orang tua, mencintai rumah, mencinta dunia, namun cinta kepada Allah melebihi segala-galanya. Kita rela mengorbankan dunia kita demi cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Kedua, tidak mungkin hati kita bisa istiqamah kecuali dengan mengagungkan perintah Allah dan mengagungkan larangan Allah ‘Azza wa Jalla.
Kita agungkan perintah Allah berupa shalat. Tanda orang yang mengagungkan perintah Allah adalah ketika ia mendengar adzan maka segera pergi menuju shalat. Tanda orang yang mengagungkan perintah Allah adalah dia berusaha mempelajari perintah-perintah Allah. Apa syaratnya, apa rukunnya, bagaimana tata cara melakukannya sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka dia adalah orang-orang yang mengagungkan perintah Allah.
Demikian pula kita agungkan laranganNya. Kita berusaha untuk tinggalkan semua maksiat kepada Allah. Kita lari dari semua perkara yang bisa menjerumuskan kepada maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Saudaraku.. Maka kita pun diperintahkan oleh Allah untuk mengagungkan Allah, membesarkan Allah sebesar-besarnya. Dihari raya idul fitri kita diperintahkan untuk bertakbir. Allah berfirman:
…وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan agar kalian menyempurnakan jumlah bilangan bulam Ramadhan dan agar kalian membersarkan Allah atas hidayah yang Allah berikan kepada kalian dan agar kalian bersyukur.” (QS. Al-Baqarah[2]: 185)
Kita membesarkan Allah bukan sebatas dengan ucapan, saudaraku. Bukan sebatas kita mengucapkan “Allahu Akbar” tapi hati kita tidak membesarkan Allah. Yang diinginkan dari ucapan takbir bukan hanya lisan, tapi hati pun membesarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika hati kita membesarkan Allah, kita akan membesarkan perintahNya, kita akan mengagungkan laranganNya, kita akan mengagungkan RasulNya. Sehingga kita termasuk orang-orang yang senantiasa bahwasanya Allah yang lebih besar di hatinya dari segala sesuatu.
Saudaraku.. Maka akankah kita bisa sabar di atas semua ini? Sabar di atas ketaatan tak mudah, saudaraku. Sabar untuk meninggalkan maksiat tak mudah. Membutuhkan pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau kita tidak sabar di dunia ini, kita akan sabar dalam api neraka. Dan kesabaran dalam api neraka sudah tidak ada gunanya.
Saudaraku.. Maka sesungguhnya Ramadhan merupakan guru kita yang agung. Sebuah madrasah pendidikan yang luar biasa. Allah mensyariatkan Ramadhan tiada lain adalah karena kebaikan untuk kita. Agar kita menjadi orang yang senantiasa bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Wahai para wanita.. Sesungguhnya Allah telah mengistimewakan kalian. Wahai para wanita, kalian adalah makhluk-makhluk yang istimewa di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla.
Lihatlah bagaimana keistimewaan wanita. Ketika ia masih kecil, ia bisa memasukkan orang tuanya ke dalam surga. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
من عال جاريتين حتّى تبلغا جاء يوم القيامة انا وهوهكذا. وضمّ اصبعيه
“Siapa yang mengurusi dua anak perempuan hingga mencapai usia baligh dengan baik maka pada hari kiamat kelak aku dan ia seperti ini!’ jelas beliau sambil menggabungkan kedua jari tangannya.” (HR. Muslim)
Ketika ia telah menjadi istri, dia bisa menjadikan lelaki sebaik-baiknya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأهله وأنا من خيركم لأهلي
“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik untuk istrinya, dan aku yang terbaik untuk istriku.” (HR. Ibnu Hibban)
Rasulullah tegas mengatakan bahwa baik-baik sebaik-baik lelaki adalah yang terbaik kepada istri dan keluarganya.
Ketika telah menjadi seorang ibu, haknya tiga kali lebih besar daripada bapak. Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk aku berbakti kepadanya?” Kata Rasulullah: “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi: “Kemudian siapa Hai Rasulallah?” Kata Rasulullah: “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi: “Kemudian siapa Hai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi Hai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Bapakmu.”
Lihatlah wanita.. Setelah kalian menjadi seorang ibu, hak kalian lebih agung tiga kali lipat daripada hak seorang ayah. Lihatlah bagaimana Islam memuliakan kalian. Maka jangan kalian hinakan diri kalian dengan maksiat kepada Allah. Jangan kalian menjadi orang-orang yang ridha terhina dalam api neraka. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika isra’ dan mikraj melihat ke dalam api neraka. Kata Rasulullah:
فَإِذَا أكْثَرُ أهْلِهَا النِّسَاءُ
“Ternyata kebanyakan penduduknya dari kalangan wanita.”
“Kenapa wahai Rasulullah?” kata para wanita. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:
يَكْفُرْنَ
“Mereka kafir.”
Para wanita bertanya “Apakah kafir kepada Allah?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Bukan, kafir kepada suaminya. Apabila seorang suami sudah banyak memberikan kebaikan kepada istri, hanya gara-gara satu kesalahan lalu si istri melupakan banyak kebaikan suaminya.”
Wahai para wanita.. Tahukah kalian bahwasannya kalian telah dijadikan oleh Allah dan RasulNya sebagai tonggak kejayaan suatu bangsa. Suatu bangsa akan menjadi baik dengan baiknya para wanita. Dan suatu bangsa menjadi buruk dengan buruknya para wanita.
Lihatlah bagaimana yang terjadi pada Bani Israil. Kerusakan pertama kali terjadi pada Bani Israil dimulai dari wanita mereka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بْنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاء
“Maka hati-hati kalian terhadap dunia, dan hati-hati kalian terhadap wanita, sesungguhnya fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani Israil berasal dari wanita mereka.” (HR. Muslim)
Ketika wanita-wanita di suatu bangsa menjadi wanita yang bertakwa kepada Allah, maka ia akan melahirkan keturunan-keturunan yang shalih dan shalihah, yang beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Sungguh mulia dari kalian wahai para wanita. Maka janganlah kalian hancurkan kemuliaan kalian dengan memaksiati Allah ‘Azza wa Jalla.
Tutuplah aurat kalian, karena itu perintah Rabb yang telah menciptakanmu. Allah yang mengatakan:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ…
“Wahai Nabi, katakan kepada istri-istrimu, dan anak-anak wanitamu, dan para wanita kaum mukminat, agar mereka melabuhkan jilbab-jilbab mereka…” (QS. Al-Ahzab[33]: 59)
Itu perintah Rabbmu, yang telah menciptakan kamu wahai wanita, yang sudah memberikan kepada kamu rezeki. Sungguh demi Allah, kalau engkau tutup auratmu, engkau lebih cantik di hadapan Rabbmu. Sedangkan ketika engkau pertontonkan auratmu, mungkin kau bisa menawan para laki-laki hidung belang. Tapi Allah murka kepadamu.
Mana yang kau pilih, keridhaan Rabbmu ataukah pandangan-pandangan laki-laki yang sangat bernafsu kepada dirimu?
Seorang wanita hendaklah menyadari akan tugasnya yang agung, yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
Maka wahai para wanita, bertakwalah kalian kepada Allah. Dan semua kita pun bertakwalah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Download mp3 Khutbah Idul Fitri
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Kekuatan Untuk Menaati Allah” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51686-khutbah-idul-fitri-kenikmatan-berupa-kekuatan-untuk-menaati-allah/